Pengemis dan Pengamen Dilema Dalam Sebuah Kota

BANJARMASIN, Saat ini ramai dibicarakan adanya peraturan nantinya yang akan memberikan hukuman kepada mereka yang member uang kepada para pengemis di jalan.

Menanggani hal ini, Ketua Jaringan Pendamping Kebijakan Pembangunan  (JPKP) Provinsi Kalimantan Selatan, Winardi Sethiono, yang kami mintakan tanggapannya mengatakan, dari pada kita menghukum orang yang memberi dan menerima, dia lebih condong untuk Pemerintah lebih baik mengarahkan para peminta-minta untuk suatu pekerjaan.

“Mereka diberi pekerjaan dan kemudian ada Tim Pemandu Bakat, karena yang mengamen kemungkinan ada bakat tertentu. Akan lebih baik lagi untuk kita di Banjarmasin,” saran Winardi.

Katanya, masalah peminta-minta (pengemis) maupun pengamen masalah yang krusial sekali untuk sebuah kota, di mana-mana dan itu semua tergantung kepada Penguasa daerahnya, ingin melaksanakan atau tidak menertibkannya.

Menurutnya, Kita bisa melihat lagi, para pengamen, dalam dunia musik,  banyak musisi terkenal dari pengamen dan harusnya penguasa atau pemangku kebijakan bisa melihat kearah itu dan bekerjasama dengan studio-studio yang ada di daerah untuk melakukan hal ini.

Pekerjaan meminta-minta pekerjaan yang sangat mudah dan jangan mengatakan hanya melihat seribu maupun dua ribu rupiahnya, tapi kalau dikalikan, penghasilannya luar baisa.

“Saya setuju kalau memang ditertibkan. Saya selaku Ketua JPKP Kalsel tentu sangat setuju sekali,” tegas Winardi.

Disisi lain Winardi menyatakan, Kita tidak tahu ada bakat terpendam (para pengamen), dan sebaiknya penguasa daerah bekerjasama dengan studio-studio tertentu untuk melihat bakat-bakat terpendam pada mereka.

“Kalau memang mereka sangat berbakat, tidak ada salahnya kalau diorbitkan di dunia nasional,” saran Winardi lagi.

Wianrdi menyebutkan, sebuah Kota kalau ingin maju, mereka akan memberikan edukasi terhadap pengemis-pengemis, sehingga di kota tersebut hampir tidak ada lagi pengemis. Untuk yang memberi juga sangat keliru kalau memberikan pada pengemis.

“Memang dalam hal agama, itu berpahala, tapi secara tidak langsung kita mengajarkan mereka untuk malas berusaha. Sebaiknya kalau ingin beramal ada tempatnya, di tempat-tempat tertentu. Saya rasa itu lebih baik dilakukan,” ungkap Winardi..

Saat ini ada banyak sarana zakat dan infaq secara online, menurut Winardi, berzakat dan infaq melalui online dengan cukup mengakses barkot yang ada, sebuah kemajuan yang luar biasa. Sebaba tegasnya, bila kita ingin beramal, harus membiasakan diri pada tujuannya.

“Sekarang kalau memberi sesuatu kepada pengemis, memang niat untuk bersedekah, tapi kemudian uang digunakan untuk hal-hal tidak baik, kita memberikan juga terkena dampak. Lebih baik disalurkan kepada tempat-tempat yang sudah disiapkan, salah satunya melalui sedekah online,” Winardi menghimbau masyarakat.

Banyaknya pengemis dan pengamen di jalanan, ada yang menyebutkan kurang aktifnya badan Amil Zakat (BAZ) dalam aktifitasnya, namun hal ini dibantah Winardi, dan dia menyatakan, Baz sudah cukup berupaya. Cuma katanya, akan lebih baik lagi kalau arahnya itu. Menurutnya, jangan hanya melirik yang besar-besar. Dia menyarankan, agar turun ke bawah. Karena itu adalah satu peluang untuk Baz. Dengan melakukan operasi di tingkat bawah.

“Masyarakat didatangi, diberikan bantuan, dan yang paling penting diberikan tempat kerja untuk mereka. Kalau hanya diberikan modal begitu saja tanpa adanya edukasi, bisa keliru, habis begitu-begitu saja. Edukasi itu penting. Diberikan satu tempat. Wadah untuk berjualan,” pungkas Winardi.(nasri)
Lebih baru Lebih lama