Perjuangan Ponpes Shafwanul Musthafa Syiarkan Islam di Tengah Perkebunan Karet Sempat Berhutang Untuk Kebutuhan Pangan

MARTAPURA, Pondok Pesantren (Ponpes) Shafwanul Musthafa merupakan satu di antara banyaknya ponpes yang berdiri di Kalimantan Selatan (Kalsel). Namun ada satu hal yang berbeda, yaitu keberadaan ponpes ini yang berada di tengah perkebunan karet dan jauh dari keramaian.

Ponpes Shafwanul Musthafa sendiri berlokasi di Jalan Muhammad Syech Arsyad Al Banjari, Desa Limamar, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar. Untuk menuju lokasi ponpes ini, dapat melalui dua jalur. Jalur pertama yang terdekat, masuk melalui pusat Kecamatan Astambul, namun hanya dapat dilalui oleh kendaraan roda dua. Jalur kedua melalui Jalan Desa Danau Salak yang dapat dilalui kendaraan roda empat, akan tetapi dengan jarak tempuh yang cukup jauh.

Berdiri sejak tahun 2011, ponpes ini berada di bawah naungan Yayasan Ponpes Shafwanul Musthafa di bawah kepemimpinan Ustadz H. Syamsul Qomar. Ia bercerita, pendirian ponpes yang sangat jauh dari keramaian ini merupakan dorongan dari almarhum KH. Anang Djazouly Seman, salah satu ulama tersohor di Martapura. 

“Karena di sini jauh dari keramaian terutama lalu lalang kendaraan yang dikhawatirkan mengganggu para santri untuk menghapal kitab,” kata Ustadz Syamsul saat ditemui di Ponpes Shafwanul Musthafa, Kamis (30/9/2021).

Fasilitas Ponpes Shafwanul Musthafa sendiri masih cukup terbatas, kendati telah memiliki satu buah masjid yang setiap hari digunakan para santri dalam aktivitas belajar mengajar Al Quran. Bahkan, untuk kasur para santri sendiri merupakan hasil hibah dari satu panti asuhan yang tutup.

Ustadz Syamsul bercerita, sesaat setelah ponpes berdiri, pihak yayasan sempat membangun usaha pemotongan ayam, karena saat itu ada salah satu donator yang membantu pembangunan kandang ayam. Hasilnya sendiri akan digunakan untuk operasional ponpes. 

“Namun saat tiba musim kemarau, kebakaran kandang ayamnya berikut ayam-ayamnya juga terbakar. Sehingga berdampak pada usaha pondok yang lumpuh,” ceritanya.

Saat ini tercatat ada 100 santri yang menuntut ilmu di Ponpes Shafwanul Musthafa. Sebagian besar para santri tidak dipungut biaya apapun, karena berasal dari keluarga tidak mampu dan anak yatim. Namun demikian, santri yang masih mampu masih diperbolehkan untuk membayar biaya pendidikan. Ustadz Syamsul memastikan, tidak ada perbedaan baik dari keluarga tidak mampu maupun keluarga yang mampu.

Praktis, hal ini berimbas pada kebutuhan perut para santri. Menurut Ustadz Syamsul, para santri mengonsumsi makanan apa adanya. Tak jarang, tim yang mengurus dapur ponpes harus berhutang ke pasar, jika kebutuhan pangan di dapur ponpes telah habis. Bahkan, para santri tak sungkan memungut sayur sisa dagangan para pedagang di Pasar Martapura.

“Biasanya setiap hari Jumat, ada salah satu pedagang yang ke sana dan mengumpulkan sisa-sisa sayur dan diambil oleh santri. Agar mencukupi kebutuhan dapur para santri. (Rutinitas) ini telah berlangsung selama 10 tahun terakhir,” jelas Ustadz Syamsul.

Kendati dengan segala keterbatasan, tak mematahkan mimpi dan semangat Ustadz Syamsul dan 20 orang ustadz di ponpes ini dalam menyiarkan Islam. Bahkan, Ustadz Syamsul menyebut pihak yayasan tengah membangun ponpes untuk kalangan putri. Karena, ponpes yang telah berdiri saat ini merupakan ponpes untuk kalangan putra.

“Karena setiap tahun kita selalu ditanya oleh masyarakat. Makanya kita sekarang mulai membangun Ponpes putri di Desa Sungai Tuan, Kecamatan Astambul. Nantinya akan dikhususkan untuk putri, baik dari keluarga tidak mampu maupun dari keluarga mampu,” tandas Ustadz Syamsul.

Tentunya, dengan keberadaan Ponpes Shafwanul Musthafa yang jauh dari keramaian dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan para santri, mendorong tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) Cabang Kalsel untuk mengirimkan bantuan pangan untuk santri di Ponpes Shafwanul Musthafa. 

Staf Program ACT Kalsel Muhammad Rizki mengatakan, pengiriman bantuan paket pangan berupa sayur dan beras ke Ponpes Shafwanul Musthafa bertujuan agar pihak yayasan tak lagi harus berhutang ataupun memungut sisa sayuran di pasar. Kehadiran tim ACT Kalsel sendiri mendapat sambutan hangat dari pihak yayasan maupun para santri yang menimba ilmu di ponpes ini.

“Keberadaan Ponpes Shafwanul Musthafa memang harus mendapatkan perhatian dari kita semua. Karena, ponpes ini berdiri sebagai upaya untuk menyiarkan Islam di tengah perkebunan karet serta jauh dari keramaian. Sehingga, bantuan pangan sangat dibutuhkan saat ini agar mereka semakin semangat dalam menimba ilmu Al Quran,” kata Rizki.

Di samping itu, Rizki menambahkan, tim ACT Kalsel juga berikhtiar dalam pembangunan Ponpes Shafwanul Musthafa khusus untuk putri. Tim telah meninjau lokasi ponpes putri bersama pihak yayasan.  “Insya Allah, tim ACT Kalsel akan terus bersama Ponpes Shafwanul Musthafa khusus putri. Agar syiar Islam tetap tersampaikan kepada masyarakat di pelosok negeri” tuntas Rizki.(nasri)
Lebih baru Lebih lama