"Momentum Hari Guru 25 November 2021 Tingkatkan Kualitas Guru Dan Peduli Pada Persoalan Narkolema"

Dengan semangat Hari Guru, yang sudah ada sebelum kemerdekaan, saat perjuangan melawan Penjajah. Sekarang di saat merdeka, kata Dr H Jarkawi MMPd., Ketua Forum Silaturahmi Doktor Indonesia (Forsiladi) Kalimantan Selatan, kita sama-sama dalam Hari Guru fokus pada Narkolema (Narkoba Lewat Mata) ini sangat mengkhawatirkan bagi Generasi 20 hingga 30 tahun ke depan. 

"Karena berdasarkan hasil penelitian itu, Kita kaget juga mendengar. Karena dari SD itu sudah sekian banyak generasi Kita terlibat Narkolema itu, berarti 20 tahun akan datang ada kelumpuhan berpikir. Artinya sikap dan perilakunya akan menjadi penyakit masyarakat jadinya," ungkap Jarkawi, yang juga Dosen Senior FKIP Uniska MAAB Banjarmasin.

Menurut Jarkawi, dengan demikian juga menjadi beban Negara.

"Jadi pada Hari Guru ini Kita berharap, para Guru hendaknya lebih memberikan penekanan pada Pendidikan Karakter, khususnya dalam hal Narkolema ini. Karena dengan Narkolema,  secara psikologis memang begitu. Artinya apa yang dilihat itu akan masuk ke alam  tidak sadar. Begitu masuk, akan terekam. Kalau sering dia, maka itu akan memunculkan hal-hal yang tidak bagus," Jarkawi menambahkan.

Bahaya Narkolema akan mengulang aktivitas buruk anak pada kegiatan selanjutnya.

"Kalau dia makin naik lagi ke sekolah di atas, walaupun ini  bisa ditangkal, tapi ini sudah ada bibitnya di dalam. Dapat pengetahuan baru yang terkondisikan, maka ini berkolaborasi dan muncullah sikap baru. Apabila itu bisa menimbulkan kebahagiaan dan kenikmatan bagi orang yang terkena Narkolema, maka ada kemungkinan menjadi pribadi yang membentuk karakter," Jarkawi memperingatkan.

Para Guru diminta untuk lebih peduli akan hal ini. Selain itu, meningkatkan sosial edukasi.

"Kita berharap para Guru untuk fokus lagi. Orangtua juga memperhatikan bagaimana anaknya saat ini. Memegang hp bebas sekali. Sosial edukasi juga perlu ditingkatkan. Bagaimana anak berinteraksi antar teman. Siapa pergaulannya, itu perlu dikontrol," Jarkawi menegaskan.

Menurut Jarkawi, seringkali anak-anak dengan kebiasaannya, dengan kata-kata seperti bullying, karena sudah terkena Narkolema. Sehingga kepada anak,  perlu diberikan contoh berinteraksi yang sopan santun.

"Seperti kearifan lokal Kita, Ulun. Pian. Kalau di Jawa, Kanjeng. Amang, di Kalteng. Inj perlu dibudayakan kembali karakter-karakter. Santun dalam berkata-kata," tegas Jarkawi.

Menyoroti kasus di pulau lain yang sempat menghebohkan dunia pendidikan, karena ada oknum guru yang melakukan pelecehan seksual pada seorang siswi saat praktek komputer, menurut Jarkawi, itu terjadi kemungkinan yang bersangkutan waktu kecil sudah terkena Narkolema tadi. Sehingga ada kondisi yang memunculkan, yang bersangkutan lupa dengan kode etik Guru. 

"Jadi bahayanya ini saat Kita keseringan melihat itu. Ada kondisi memungkinkan. Itu akan ke luar dan muncul prilaku Narkolema itu," Jarkawi kembali menegaskan.

Menyoroti Tunjangan profesi yang banyak dituding jadi incaran dan bukan mengabdi sebagai seorang Guru, Jarkawi membantah hal ini. Katanya, indikator-indikator yang menunjukkan ke profesi, semuanya berkaitan dengan kondisi mengajar seperti membuat Rencana Pembelajaran, Evaluasi, Profesional, Pedagogik, ini indikator profesinya.

"Kalau belum berdampak pada peningkatan profesi dengan adanya Tunjangan Profesi, boleh jadi. Perlu diteliti. Tapi saya rasa sebelum Orde Baru, gaji guru, kasihan. Dengan ikhlas mereka mengajar. Tapi Kita tingkatkan lagi gaji Guru. Tapi nyatanya ekonomi Kita. Guru ini bekerja full. Dari jam 8 sampai jam 12. Kalau bekerja dengan proses yang profesional itu, Guru. Itu boleh dilihat. Dia benar-benar mengabdi. Mungkin ada satu atau dua oknumlah," tegas Jarkawi.

Sedangkan banyaknya Sekolah Tinggi yang fokus pada Pendidikan Mencetak Guru maupun FKIP di berbagai Universitas, kata Jarkawi, dirinya berharap terus meningkatkan kualitas lulusannya. Yang banyak melakukan praktek. Sehingga memunculkan soft skill. Apalagi kedepan era 5.0, yang memperbanyak konsep-konsep Akademiknya. Seperti program Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia,
yang mengajak agar jangan hanya di Kampus, tetapi terjun ke lapangan untuk mengetahui seperti apa kondisi dan situasi yang sebenarnya. 

"Kadang-kadang tahu teorinya dan sudah 20 tahun teori tersebut. Begitu ke lapangan. Ternyata berbeda. Di situlah kemampuan Dia (Guru) berkolaborasi, bernegosiasi dari ilmu yang dimilikinya," kata Jarkawi.

Jarkawi juga menilai, kegiatan Merdeka Belajar yang dirasakan sudah bagus, karena dapat melihat langsung ke sekolah, tidak hanya paham dan mengerti berbagai teori pendidikan. Anak dipengaruhi lingkungan, anak dipengaruhi watak, dapat dilihat secara langsung dengan praktek ke sekolah-sekolah. Sehingga kalau sudah ke lapangan, akan mudah mengadaptasinya.

Jarkawi merasakan persoalan Narkolema salah satu indikator lemahnya Kita dalam literasi. Sehingga anak dalam hal membaca, mencari berbagai informasi, karena tidak ada ketersediaan informasi yang sesuai usianya, sehingga dia ke sana. 

"Saya harap dunia pendidikan terus meningkatkan literasi dengan berbagai pengetahuan akan mengurangi anak kepada kecanduan itu," pungkasnya.(juns)
Lebih baru Lebih lama