"Vaksinasi Tindakan Preventif Dan Yang Tidak Bisa Divaksin Prokes Ketat"


 Banjarmasin  :   Vaksinasi sebagai tindakan preventif, harus dilakukan. Apalagi ada informasi adanya gelombang ketiga yang terjadi selama 5 hingga 10 tahun kedepan, dengan waktu yang cukup panjang. Sehingga jika anak-anak tidak divaksin, menurut Dr. H. Jarkawi, M.M.Pd., Ketua Forum Silaturahmi Doktor Indonesia (Forsiladi) Kalimantan Selatan, maka hal ini sangat besar resikonya. Baik resiko terhadap anak, maupun klaster yang akan muncul.

"Nah, bagaimana kalau anak-anak kita tidak divaksin, resikonya sangat besar. Pertama, bagi anak. Yang kedua, mungkin menimbulkan klaster. Lalu muncul klaster-klaster. Jadi sia-sia kita melakukan pembatasan dan lain sebagainya," ungkap Jarkawi.

Untuk anak-anak yang berusia dibawah 12 tahun, menurut Jarkawi, yang juga Dosen Senior Uniska Banjarmasin,  protokol kesehatannya diperketat. Selain itu diberi gizi sehat yang didukung juga dengan pemberian susu setiap pagi. Hal ini katanya, memang memerlukan dana yang cukup besar.

"Prokesnya diperkuat. Kalau perlu dilakukan program Pemerintah berupa gizi sehat untuk anak sekolah yang (berusia) dibawah 12 tahun. Karena imun yang kuat akan bisa dijagalah. Jadi ada dua. Prokes ketat tetap jalan. Ada program gizi sehat, makanan bergizi. Dan tambahan susulah. Mungkin ya. Pagilah. Begitu datang, dikasih susu," Jarkawi menyarankan.

Dengan prokes yang diperketat dan adanya pemberian gizi sehat didukung pemberian susu tersebut, maka menurut Jarkawi, imun anak-anak akan lebih kuat lagi dan bisa terjaga.(juns)

Lebih baru Lebih lama