Ketokohan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary Yang Sangat Layak Sebagai Tokoh Nasional Pendidikan

BANJARMASIN - Setiap tanggal 2 Mei, dikenang sebagai Hari Pendidikan Nasional dan orang tahu akan peranan Ki Hajar Dewantara. Namun di berbagai daerah, banyak Tokoh Pendidikan yang peduli terhadap segala asfek kehidupan, termasuk Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary dari Kalimantan Selatan, yang dalam hal pendidikan, juga mewarnai asfek kehidupan masyarakat, seperti memberikan pemikiran adanya Peti Mati untuk masyarakat yang tinggal di kawasan rawa, yang menguburkan mayatnya. Serta banyak hal lainnya.

Di Kalsel ada Tokoh Pendidikan yang sangat kharismatik dan mendunia yaitu Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary yang melakukan pendidikan bersifat formal dan informal, dimulai dengan beberapa keluarga dan saudara secara khalaqah dan dilakukan pembelajaran kitab. Sedangkan secara informal menurut Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Forum Silaturahmi Doktor Indonesia (Forsiladi) Kalsel Dr H Jarkawi MMPd, karena waktu itu belum ada sekolah, kegiatan dilaksanakan di Mushalla.

“Di Mushalla Beliau juga memberikan pelajaran Kitab dan pelajaran huruf-huruf Al-Qur’an. Sehingga menghasilkan beberapa Ulama, contohnya sampai Juriat hingga sekarang, seperti Guru Sekumpul dan melahirkan beberapa Ulama. Dan strategi mencerdaskan masyarakat dengan sistim dakwah keliling. Dicetak Ulama dan dikirim ke berbagai daerah,” ungkap Jarkawi.

Konsep pendidikan yang disampaikan yaitu membebaskan manusia dari keterbelakangan atau keraguan dalam berkeyakinan, maka Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary adalah Tokoh yang menanamkan keyakinan tersebut, dan memberikan satu pembelajaran untuk bisa cerdas dalam hal membaca. Karena jika tidak bisa membaca, tidak bisa berkomunikasi. Sehingga Beliau, tambah Jarkawi, juga mengajarkan baca Al-Qur’an dan mengkaji beberapa kitab, sehingga membuat masyarakat menjadi cerdas.

Dari apa yang dilakukan tersebut, dinilai Jarkawi, sepantasnya  Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary saatnya menjadi Tokoh Internasional karena kitab Beliau yaitu Kitab Sabilal Muhtadin, dipelajari oleh Brunei, Malaysia hingga Timur Tengah dan Afrika.

Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary, kata Jarkawi, juga sangat peka dengan lingkungan yang mempelopori peti mati untuk masyarakat yang meninggal di daerah rawa, karena di tempat kita berbeda dengan kawasan lainnya, seperti Timur Tengah yang memiliki daratan tinggi dan cukup dengan menggunakan kain kafan saja, tanpa peti matinya.

“Beliau melihat kondisi Kalsel daerah rawa, banyak air, lalu pakai tebela (Peti Mati). Lalu daerah Jambi, Malaysia dan lainnya mengikuti. Beliau yang punya pemikiran untuk hal itu. Jadi terobosan-terobosan Beliau dalam mencerdaskan Bangsa dan kepedulian pada lingkungan, sangat layak Beliau mendapatkan penghargaan sebagai Tokoh Nasional dalam Pendidikan,”  tambah Jarkawi.

Jarkawi yang juga Dosen Senior FKIP Uniska Banjarmasin menyatakan, Uniska sudah melaksanakan FGD (Focus Group Discussion/Diskusi Grup Terarah) pada tahun 2019 dan 2020 sudah mengkaji beberapa pemikiran Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary dengan berbagai persfektif Keilmuan, seperti Hukum, Pendidikan, Sosial, hingga Ekonomi.

Selain itu, kajian-kajian dari para Tokoh Pemikir Forsiladi Kalsel seperti Doktor Abie Audah, yang melakukan kajian bidang hukum dan ketatanegaraan. Yang mana pemikiran Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary, tegas Jarkawi, artinya layak di Hari Pendidikan sepantasnya menjadi Tokoh Nasional di Bidang Pendidikan.

Jarkawi sudah mengikuti usulan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary sebagai Pahlawan Nasional, yang difasilitasi Pemprov Kalsel dalam sebuah diskusi di Gedung Mahligai Pancasila Banjarmasin dan sudah masuk dalam tahap usulan. Namun segi lainnya, kata jarkawi, masih banyak pemikiran-pemikiran Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary yang perlu kita lestarikan, karena ada juga pemikiran dalam hal toleransi, seperti penggunaan pengeras suara dan berbagai asfek lainnya.

“Jadi asfek lain, dalam hal mencerdaskan sangat banyak. Saya rasa Uniska perlu lagi mengkaji dan ada kemaren Kurikulum 11 SKS berbasiskan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary. Namun tidak tahu saya, apa sudah berjalan. Waktu jaman saya (ketika menjadi Wakil Rektor satu Uniska) sudah diusulkan untuk diadakan revisi untuk memberikan kader-kader pada lulusan,” Jarkawi menambahkan.

Hal ini ditekankan lagi oleh Jarkawi, mengingat Uniska yang memakai nama Tokoh  Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary dalam dunia pendidikan sebagai Perguruan Tinggi.***(juns)  
Lebih baru Lebih lama