Prodi Teknologi Pendidikan FKIP ULM Siap Melakukan Sosialisasi dan Pendampingan Kurikulum Merdeka

BANJARMASIN - Kegiatan Sosialisasi dan Pendampingan Untuk Sekolah Pelaksanaa Kurikulum Merdeka Secara Mandiri, kata Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan FKIP ULM, Prof Dr H Hamsi Mansur MMPd, tidak lain adalah tujuannya untuk mendukung kebijakan Pemerintah terkini yang terkait dengan Teknologi Pendidikan.

Selain itu, katanya, Penguatan kapasitas Sumber Daya Warga Sekolah terkait Kawasan Teknologi Pendidikan Untuk Mendukung Implementasi Kurikulum Merdeka. Kemudian, tujuannya adalah bahwa dalam kegiatan ini Kita dibarengi dengan kunjungan lapangan ke sekolah, juga merupakan bentuk kegiatan yang menunjang pengembangan Program Studi.

“Dari kegiatan ini, Dosen dan Mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk beraktifitas, sekaligus belajar di dalam setting yang berbeda. Tidak terlalu formal dan terstruktur. Namun lebih interaktif terlibat dan melibatkan masyarakat. Yaitu dengan pendekatan Project Based Learning dan Problem Based Learning,” ungkap Hamsi.

Sedangkan Dr Susanti Sufyadi SPd MA mengatakan, Kurikulum Merdeka kebijakan dari Pemerintah Pusat Kemendikbud RI dengan fokus pada upaya pemulihan pembelajaran. Ini katanya dari Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Belajar. Disebutkan, dari situpun kita dapat melihat bahwa kehadiran Kurikulum Merdeka didukung oleh keberadaan Platform Merdeka Belajar. Kurikulum tersebut diterapkan di dua jenis sekolah, namun tidak membedakan hal ini, karena sebelum dilounching bulan Februari, sudah diterapkan di berbagai Sekolah Penggerak yang mendapatkan intervensi dari Pemerintah, yang didampingi oleh Pelatih Ahli selama 3 tahun dan adanya BOS Kinerja yang diberikan kepada sekolah tersebut, sehingga bisa melaksanakan berbagai kegiatan Kurikulum Merdeka. Sementara sekolah yang melaksanakan Kurikulum Merdeka secara mandiri diberikan intervensi dalam bentuk lain Hi Tech dan Low Touch.

“Jadi sesuai namanya Mandiri, mereka belajar, mengatur dirinya sendiri untuk mencari informasi terkait implementasi kurikulum ini, banyak informasi yang disiapkan oleh Pemerintah di Platform Merdeka. Mereka lihat, akses dan pelajari, mereka latih, lalu mereka gunakan untuk menerapkan Kurikulum Merdeka,” ungkap Susanti.

Dijelaskan, karena sekolah-sekolah ini tidak mendapatkan pendampingan yang intens dari Pemertintah, tetapi ada 6 pendekatan, 6 strategi yang dipakai untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara Mandiri, termasuk salah satunya adalah pemanfaatan Platform Merdeka Belajar.

“Kami di Prodi Teknologi Pendidikan ULM berencana untuk turun mengabdi di Program Pengabdian Masyarakat untuk membantu sekolah, sehingga mereka bisa membentuk Komunitas Belajar Mereka sendiri, memanfaatkan Platform Merdeka Belajar, sehingga pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar itu bisa lebih efektif, bisa lebih optimal,” Susanti menambahkan.

Secara Ruh Secara Konsep, karena berbasis Kompetensi, Kurikulum ini sama dengan Kurikulum sebelumnya, hanya bedanya dalam Kurikulum Merdeka ini, menurut Susanti ada 3 Karakteristik, yang lebih sederhana dan mendalam, lebih merdeka dan banyak keleluasaan dan lebih relevan serta interaktif.

Menurut Susanti, lebih sederhana dan mendalam, karena di Kurikulum Merdeka adanya Capaian Pembelajaran. Capaian Pembelajaran ini adalah Kompetensi dicapai diakhir fase. Dan dia fokus pada Kompetensi Esensial.

“Jadi misalkan Kompetensi Esensialnya anak mampu membedakan atau menentukan batas wilayah, misalnya demikian di gdeografi. Perkara anak nanti belajarnya bagaimana sampai dia mengetahui Cara Menentukan Batas Wilayah, ini Guru yang menentukan. Jadi ini lebih sederhana. Dia fokus saja langsung ke sana. Nanti untuk di peta perjalanannya, peta belajar, Guru yang menentukan. Jadi disinipun Guru punya keleluasaan selama dua tahun anak-anak bagaimana caranya untuk bisa mengetahui batas wilayah nanti di akhir kelas dua, misalkan atau di akhir kelas 3,” jelas Susanti.   

Dengan Kurikulum Merdeka ini, tambah Susanti,  dalam belajar, anak tidak hanya melakukan dalam satu cara saja.

Di Kurikulum Merdeka juga ada Profil Penguatan Pelajar Pancasila, maka itu adalah tampilan atau prilaku yang diharapkan karakter dan kompetensi dimiliki oleh para Pelajar ketika mereka sudah selesai belajar selama dari jenjang PAUD hingga ke Jenjang Pendidikan Menengah. Ada Lima Dimensi.

“Untuk mendukung pencapaian Program Pelajar Pancasila itu, selain intra, ada di luar intra, namanya Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Dan ini kalau ini dari pengalaman kami mendampingi, justru yang pertama-tama kemaren di Sekolah Penggerak, mereka lebih antusias di projectnya. Seru. Karena seperti tidak belajar. Tetapi sebenarnya seperti belajar sudut di Mata Pelajaran Matematika, ternyata berguna untuk menyelesaikan satu masalah.  Belajar Siklus Air, dapat merumuskan solusi untuk masalah banjir. Jadi itu sangat menarik. Apa yang dipelajari di kelas dalam kehidupan nyata. Sehingga bagi mereka sangat seru. Tidak merasa itu belajar,” Susanti kembali menjelaskan. Dan menambahkan, dari sisi lainnya, Pelajar mendapatkan kebahagiaan, kreatifitas, kemampuan bernalar kritis. Itu Profil Pelajar Pancasila yang dibangun.

Supaya lebih efektif, pihaknya kata Susanti, bekerjasama dan supaya sistim bisa berkelanjutan, agar setelah dilepas seusai pendampingan, tetap berjalan dengan baik. Sehingga langkah pertama, melakukan audiensi dengan Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin dan sudah bertemu dengan Kadisdik Banjarmasin yang akan melaksanakan MOU dengan Prodi  Teknologi Pendidikan FKIP ULM. Juga ada kegiatan yang nantinya dirancang. Sehingga selanjutnya akan dilaksanakan berbagai kegiatan yang sesuai kebutuhan sekolah.

“Namun yang pertama kami akan melakukan sosialisasi dulu mengenai Kurikulum Merdeka itu apa konsepnya. Pembelajarannya seperti apa. Kemudian Asesmennya, projectnya. Dan karena kami dari Teknologi Pendidikan, maka kami juga akan berfokus pada kebermanfaatan Teknologi untuk mendukung impelementasi. Karena sebenarnya bagi kami Kurikulum Merdeka sangat memanfaatkan teknologi. Jadi kami akan masuk ranah situnya,” pungkasnya.(juns)

 

Catatan Google :

*Menurut Fathurrohman (2016, hlm. 119) pembelajaran berbasis proyek atau project based learning adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

*Sementara itu Saefudin (2014, hlm. 58) berpendapat bahwa project based learning merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata.
Lebih baru Lebih lama