Workshop Kurikulum Merdeka Bagi Kepala dan Guru TK ABA Se Kalimantan Selatan

 

BANJARMASIN - Implementasi Kurikulum Merdeka untuk Anak Usia Dini, perubahan kurikulum yang  baru saja dilaunching oleh Menteri Nadiem Makarim (Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Indonesia), disampaikan oleh Dra Kis Rahayu MPAd, selaku Narasumber, dalam kegiatan Workshop Kurikulum Merdeka Bagi Kepala dan Guru TK ABA Se Kalimantan Selatan, 
Di Gedung Serbaguna Panti  Aisyiyah Hikmah Zam-zam Banjarmasin, Minggu (14/8/2022).

Acara ini bertema Menjadikan Guru Yang Profesional Bermartabat, berlangsung hingga Senin 15 agustus 2022.

Menurut Kis Rahayu, kebanyakan para pendidik, baru masih mendapatkan sosialisasi kebijakan,  sehingga sampai saat ini masih terus mencari ilmunya terkait bagaimana implementasinya. Sehingga dalam kegiatan ini, dirinya kata Kis Rahayu, menyampaikan implementasi dalam pembelajaran ini.

Kurikulum ini diakui lebih sederhana karena dari sisi administrasi, Guru tidak disibukkan dengan pembuatan Rencana Pembelajaran, yang saat ini Guru boleh hanya pembuatan Perencanaan Pembelajaran Harian. 

"Lebih sederhana dari sisi sumber belajarnya, karena sumber belajarnya itu bisa menggunakan Buku Cerita. Bisa menggunakan Pengalaman Langsung anak-anak diajak jalan-jalan ke lingkungan sekitar. Bisa juga menggunakan video-video terkait topik yang sedang hangat dibicarakan," ungkapnya.

Dari sisi alat yang digunakan juga menggunakan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar, material lepasan, yang bisa digunakan anak untuk berkreasi sesuai dengan minat dan kreativitasnya. Tidak terbatas. Tidak berdasarkan contoh Guru. Juga tidak harus menggunakan APE (Alat Peraga Edukatif) yang diproduksi pabrikan, yang tidak memerlukan dana besar, karena dapat menggunakan bahan bekas, bahan dari lingkungan sekitar, dan bahkan perabotan dapurpun bisa dipergunakan.

Dari segi kendala, karena masih sesuatu ilmu baru, maka para Pendidik perlu pelatihan lebih kontinyu, sebab satu kali pelatihan, dirasakannya tidak bisa memberikan pemahaman kepada Guru.
Baru mendapatkan sedikit gambaran. Dalam pelaksanaan nantinya akan menemukan kendala seperti bingung dan menanyakan persoalan teknis lainnya. Sehingga harus terus menerus belajar.

Kendala di berbagai daerah yang dikunjungi oleh Kis Rahayu selama ini, lebih pada persoalan mainset (pola pikir) Guru yang selama ini mengikuti keinginan masyarakat atau orang tua secara umum, terburu-buru menginginkan belajar baca tulis dengan pola drilling. Padahal ini tidak sesuai dengan perkembangan anak.

"Harusnya belajar melalui bermain. Itu yang paling dirasakan. Itu karena dikhawatirkan anak belajar melalui bermain, takutnya orangtua (anak yang bersangkutan) tidak mau menyekolahkan anaknya ke TKnya. Karena belum yakin bahwa dengan bermain, justru anak-anak jauh lebih efektif mengenal aksara awal. Anak-anak justru lebih cepat mengenal baca tulis," tegas Kis Rahayu.

Tapi katanya,  kebanyakan mainset Guru belum bisa ke arah sana. Masih selalu mengatakan bagaimana nanti baca tulisannya. Bagaimana nanti tuntutan otangtua. Itu kendala yang paling dirasakan dalam melaksanakan Kurikulum Merdeka di PAUD. Berat sekali.

"Saya selalu mengatakan kepada Guru-guru, harus yakin dulu. Kalau belum yakin, bagaimana bisa meyakinkan orang lain. Tapi memang bukan hal yang mudah," jelas Kis Rahayu.

Imbauan kepada Para Guru, terutama setelah memperoleh ilmu, seberapapun itu, harus segera dilaksanakan. Jangan menunggu nanti.  Jangan ditunda.

"Karena begitu ditunda, lupa. Besok ketika mengikuti kegiatan lagi, itu mulai lagi dari nol. Jadi harus mulai berani menerima tantangan untuk berani berubah," pungkasnya.

Sementara itu, Dra Fatmawati, Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Aisyiyah Kalsel mengatakan,   bagi Guru dan Kepala TK yang mengikuti kegiatan ini, mendapatkan ilmu yang lebih dari TK selain Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA). Karena di Indonesia banyak TK yang dikelola selain ABA.

"Walaupun Kurikulum Merdeka ini belum diwajibkan, tapi kami ingin TK se Kalsel ini tahu apa itu Kurikulum Merdeka. Itu yang kami harapkan," ungkap Fatmawati.

Dikatakan, untuk tindaklanjut kegiatan ini, akan dilakukan kunjungan ke berbagai daerah di Kabupaten dan Kota di Kalsel, siapa yang sudah ataupun belum melaksanakan kurikulum tersebut. Walaupun yang wajib itu di tahun 2024.

"Tetapi minimal sudah ada meniru konsep-konsep yang diajarkan pada workshop hari ini. Jadi walaupun kurikulumnya masih lama, tapi materinya diambil dari materi hari ini. Itu tindaklanjut kami. Insyaallah," Fatmawati menambahkan.

Disebutkan, dalam pelaksanaan kegiatan yang dilakukan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Aisyah Kalsel, kata Fatmawati, semuanya antusias mengikutinya. Hal ini karena dukungan Pimpinan Aisyah Kota/Kabupaten yang bersangkutan. Karena Majelis terus mensupport Aisyiyah setempat, agar dapat mengikuti dan selama ini selalu siap dalam mengikuti berbagai kegiatannya dengan mewajibkan para anggotanya.***juns
Lebih baru Lebih lama