BANJARMASIN - Gerakan Sekolah menyenangkan merupakan bagian dari Gerakan Moral. Sehingga bersama-sama untuk menyentuh mulaid ari akar rumput, yang dimulai dari ekosistem di sekolah dan dalam kelas, untuk bersama-sama memberikan penyadaran bagi para Guru termasuk juga seluruh Tenaga kependidikan, Siswa dan Orangtua. Bagaimana agar pendidikan kembali untuk meletakkan Fundamental Thinkingnya, yakni di sana menuntut kodratnya manusia, memfasilitasi pembelajaran yang sesuai dengan kodratnya manusia.
“Maka Ekosistem itu menyenangkan. Dalam artian bukan berarti bersenang-senang melalui Kurikulum Merdeka, merdeka sekali, yang penting senang. Bukan begitu. Tapi bahwa di dalam pendidikan itu kita bisa merangkul masuk ke dalam ruang batinnya siswa. Sehingga tercipta suasana batin ikatan emosional yang bagus antara Guru dengan Siswa. Yangmana Siswa sebagai subjek, bukan lagi objek, sebagai pusatnya kepada siswa, yang memiliki empat kodrat dasar,” tegas Ali Muksin.
Empat kodrat dasar tersebut, yaitu Siswa Beragam, berbeda satu dengan yang lain. Selain itu, anak memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Hal lainnya, terkait Imajinasi. Kemudian, Kolaborasi.
Ketika beberapakali mengikuti Gerakan Sekolah Menyenangkan, bagi Norhalisah Mpd, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMKN 3 Banjarmasin, workshop itu memberikan cara pandang yang berbeda bagi dirinya. Karena selama ini mendidik anak di sekolah dengan cara kemauan Guru yang bersangkutan, padahal anak berbeda satu dengan yang lainnya.
“Dari sana itu (Workshop) menambah khasanah keilmuan kita, bahwa cara mendidik anak harus sesuai dengan vision anak tersebut, sesuai dengan perkembangan. Kedepannya sedikit demi sedikit mengubah pola cara mengajar sesuai dengan zaman anak sekarang,” ungkap Norhalisah.
Menurut Norhalisah, Workshop Gerakan Sekolah Menyenangkan yang dilaksanakan di awal September 2022 merupakan yang keduakalinya dilaksanakan di SMKN 3 Banjarmasin, setelah 2020 di sebuah hotel di Banjarmasin dengan beberapa SMK di Banjarmasin. Diakhir September 2022 sebelum MTQ, dilaksanakan Workshop kembali dengan melibatkan semua tingkatan pendidikan, mulai dari PAUD, Taman Kanak-kanak sampai dengan SMK dan SMA.
“Kami sudah koordinasi dengan Kemenag Kota Banjarmasin dan Disdik Kota Banjarmasin, kaitannya dengan kepesertaan dalamn dukungan mereka. Karena kita tidak bisa melaksanakan GSM itu hanya level SMK. Karena Menyenagkan itu harus mulai PAUD, SD, SMP dan SMA/SMK. Yang menyenangkan di sini tidak hanya fasilitas sekolah yang lengkap. Tapi ekosistem sekolah dan guru juga,” tegasnya. Sehingga anak berhadir ke sekolah merasa senang, karena kesadarannya, bukan senang karena bertemu dengan kawan, tapi senang bertemu dengan Gurunya, senang dengan lingkungan dan kawannya.
Ali Muksin menjelaskan terkait Empat Kodrat Dasar yang disampaikan Ki Hajar Dewantara, yang membuat anak-anak muncul talenta versi terbaiknya. Yang pertama, anak-anak siswa beragam berbeda antara satu dengan siswa lainnya.
“Sehingga harus diberikan perlakuan atau sentuhan yang berbeda. Bahkan daya tangkap nalar anak berbeda, daya kreatifitas juga berbeda,” ungkap Ali Muksin.
Kedua, masing-masing anak mempunyai rasa ingin tahu, sehingga anak-anak bukan seperti botol kosong mau diisi, tetapi mereka secara terlahir memiliki kecerdasan yang diberikan oleh Tuhan, yang diberikan oleh Allah SWT di dalam dirinya, sehingga mereka masuk ke dalam wilayah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, memiliki daya keingintahuan yang tinggi ini harus terfasilitasi melalui Kurikulum Merdeka, yang dalam profil Pelajar Pancasila berfikir kritis dan bernalar kritis. Sehingga memfasilitasi anak didik untuk daya nalar yang bagus dalam keinginantahuannya yang tinggi untuk bisa dikembangkan.
“Sehingga Guru diajak bersama-sama untuk memantik siswa bisa bereksplorasi pada keinginantahuan anak didik. Sehingga akan menciptakan inovasi-inovasi dan improvisasi baru yang tidak hanya dalam skop di bidang jurusannya, tapi anak didik bisa eksplor dengan kreatifitasnya,” tegas Ali Muksin.
Ketiga, Imajinasi. Yang harus dapat dipahami daya nalar imajinasi anak didik yang nanti akan menjadi apa dan akan ke mana, yang mewujudkan dirinya setelah lulus dari SMKN 3 Banjarmasin. Sehingga anak-anak bersama para Guru yang memfasilitasi untuk meletakkan mimpi besarnya. Sehingga jangan hanya sekedar sekolah dan lulus sekolah, yang tidak akan membuat kompetitif siswa. Dengan meletakkan mimpi besarnya, siswa akan mengimbangi dengan harapan besarnya. Ketika muncul harapan besar, juga diimbangi big spirit atau spirit yang besar untuk menggapainya. Tapi spirit juga tidak cukup. Harus diimbangi dengan aktifitas yang besar. Aktifitas besar ini mari dibangun sejak kelas X di SMKN 3 Banjarmasin. Sehingga diingatkan, jangan hanya asal praktik, jangan hanya sekedar belajar, sekedar sekolah, tapi diimbangi dengan aktifitas yang sungguh-sungguh. Hal ini diletakkan dalam slogan Man Jadda Wa Jadda, kesungguhan dalam menyambut masa depannya. Sehingga mulai dari kelas X itu, siswa sudah mulai membayangkan bagaimana mimpi besarnya, karena yang dihadapi kedepan adalah untuk masuk ke Dunia Kerja, Berwirausaha maupun mau melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
“Sehingga para Guru mau tidak mau harus masuk ke dalam wilayah Kecerdasan Buatan. Memang eranya sudah di era 4.0 era Revolusi Industri, era Tidak Menentu, karena Dunia Kerja Dunia Industri tidak menjamin anak didik diterima. Lowongan kerja tidak semakin besar dengan jumlah setiap tahun SMK mengeluarkan outputnya. Ini yang harus disadarkan pada anak-anak. Sehingga tidak hanya mengekspos dengan pengangguran terbanyak, tapi ciptakan ruang untuk siswa berimajinasi bagaimana kedepan dibawa ke situasi yang tidak menentu, dalam artian karena banyaknya Dunia Kerja Dunia Industri yang diwakili oleh Kecerdasan Buatan, oleh Era Digitalisasi, sehingga mengurangi peran-peran manusia di Industri di Dunia Kerja tersebut. Maka melalui imajinasi bagaimana siswa berimajinasi yang kuat yang akan muncul menjadi Entrepreneur, Pengusaha, Wirausaha. Karena anak yang berada dalam Jurusan misalkan Desain Komunikasi Visual tidak menutup kemungkinan akan sukses di bidang Kuliner, bidang Makanan. Demikian juga anak yang berada di Bidang Kuliner, bukan tidak menutup kemungkinan nanti mereka sukses di bidang IT. Di situlah yang dimaksudkan, mari pupuk anak-anak untuk berimajinasi,” Ali MUksin menjelaskan.
Keempat, kolaborasi. Diingatkan, Jangan terus menerus membanggakan kepada prestasi seorang diri, prestasi siswa seorang diri, prestasi di kelasnya. Itu juga bagus. Tapi ketika masuk ke Dunia Kerja, bukan di situ. Tapi berkolaborasi, sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang harus berjejaring dengan yang lainnya. Karena ketika berada di Dunia Kerja di Dunia Industri, berhubungan dengan orang lain, karena membawa satu misi perusahaan. Kalau anak berwirausaha, akan membawa usahanya untuk sukses dan sukses itu karena mereka berkolaborasi di bidang apapun.
“Maka selain bisa membawa prestasi bersama-sama, juga bisa menciptakan lapangan kerja bagi yang lain. Dengan demikian slogan menambah banyak pengangguran, banyak pengangguran, secara perlahan-lahan akan dapat dikejar dan dituntaskan bersama-sama , ketika muncul para Entrepreneur Muda dari Lulusan SMK, yang sekarang arah berpikirnya pada cenderung berwirausaha, karena muncul imajinasinya, muncul berkolaborasi dengan yang lain, dan memahami perbedaan antar sesama, terus tetap kritis,” Ali Muksin mengingatkan.
Sehingga semua pihak, ungkap Ali Muksin, agar terus menguatkan Gerakan Moral dengan Sekolah Menyenangkan, yang hakekatnya itu tadi. Sehingga ruang batin siswa senang dan nyaman bersama para Gurunya. Nyaman di sekolahnya. Empat hal tadi bisa dicapai dengan baik.***juns