BANJARMASIN - Dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) masih belum terasa dalam kegiatan perekonomian, karena barang-barang yang ada masih stok harga lama, dan itu berdasarkan laporan pantauan Dinas Perdagangan Kalsel, seperti diungkapkan Kepala Dinas Drs Birhasani MSi, sampai Selasa (14/9/2022) masih sangat stabil dan tidak mengalami lonjakan.
Dikatakan, dalam cross check ke beberapa pasar yang menyangkutketersediaan barang dan harga barang, yang dilakukan di Banjarmasin, Martapura, Tanah Bumbu, Kotabaru dan Tabalong, ketersediaannya barang aman sampai pekan lalu dan harga masih stabil. Yang sama dengan akhir Agustus atau sebelum pengumuman BBM.
Hal ini dikarenakan barang yang dibeli masih barang stok harga lama, sehingga dijual masih dengan harga lama. Sedangkan pasokan baru, sampai minggu tadi, barang-barang produk belum banyak mengalir masuk ke pasar, kecuali sayur mayur yang harus segar yang mengalir dari desa ke pasar.
Dikatakan, kalaupun ada kenaikan barang seperti cabe, karena sejak akhir Agustus kurangnya pasokan karena gangguan distrtibusi, terutama cabe dari luar Kalsel. Demikian juga beras seperti unus, siam dan mutiara, yang mengalami kenaikan seribu sampai seribu 500 rupiah perliternya atau perkilonya, karena gagal panen akibat serangan hama tungro.
"Memang ada beberapa yang kelihatan naik. Cabe misalkan. Tapi cabe itu diakhir Agustus sudah memang naik. Alasan pedagang disebabkan kurangnya pasokan karena gangguan distribusi akibat musim, terutama cabe dari luar Kalsel terganggu. Kemudian beras memang ada lonjakan. Itu juga di Bulan Agustus sudah kelihatan. Kami punya grafiknya. Ada grafik di tanggal-tanggal berapa ada lonjakan. Kami bisa melihat di situ. Terutama tiga macam beras, Unus, Siam dan beras Mutiara. Kenaikannya terjadi antara Rp 1000.- hingga Rp 1.500.- perliter atau perkilogramnya. Ini penyebabnya dijelaskan para pedagang, bahwa informasi dari petani katanya adalah gagal panen. Dan betul di Kalsel banyak yang gagal panen karena serangan hama tungro," kata Birhasani.
Namun ada keperluan warga yang turun, seperti minyak goring dan telur ayam. Sedangkan gula pasir dengan harga yang stabil.
"Misalkan minyak goreng. Itu cenderung turun. Kalau gula pasir stabil diharga Rp 13.500.- sampai Rp 14.000.-. Kemudian telur ayam juga cenderung turun. Kalau yang kemaren kita sampai 31 (Rp 31.000.- perkilogram), sekarang Rp 29.000.-," Birhasani menambahkan.
Disebutkan, seiring dengan habisnya stok barang modal lama dan kemudian masuk modal baru, maka otomatis akan terdongkrak harganya. Karena mengikuti BBM yang naik. Biaya operasional produksi yang ikut naik. Kalau menurut perkiraan, prediksinya dalam minggu-minggu depan akan terasa.***juns