Oleh: Noorhalis Majid
AGAR demokrasi dan tata kelola politik semakin baik, ada baiknya belajar kepada China, terutama filsafatnya menyangkut tata pemerintahan. Jangan tutup mata, China sekarang jadi negara adikuasa.
Memahami perilaku China, tanpa memahami sejarahnya, sangat mustahil. Perspektif sejarah bukanlah sesuatu yang berlebihan, melainkan keharusan, kata John King Fairbank (1907-1991), seorang sinolog dari Harvard University.
Tianxia, adalah filsafat politik China yang berbicara mengenai gubernasi atau pemerintahan. Sudah tertulis dalam literatur klasik China pada abad keempat masehi, pada waktu daratan China dikuasai Dinasti Zhou (1046-256 SM).
Ide dari tianxia itu (segala di bawah langit), “membentuk satu keluarga yang harus memandu manusia sehingga kita dapat merangkul satu sama lain dengan lengan terbuka dan menciptakan fondasi yang sama, serta menyingkirkan perbedaan-perbedaan. Bersama kita berjuang membangun komunitas, untuk masa depan bersama umat manusia”.
Segala di bawah langit, artinya harus menjadi kontributor dunia, bukan hanya di bidang ekonomi, tetapi juga politik dan filsafat. China sangat memahami, bahwa negara besar, seharusnya bukan hanya menjadi eksportir barang dan jasa, tetapi juga ide. Terbukti, China menjadi salah satu negara adikuasa, tata pemerintahan dunia terpaksa menyesuaikan. Peran unipolar Amerika Serikat semakin tergantikan. China membentuk tata pemerintahan dunia yang baru, sebagaimana filsafat “tianxia”.
Sebenarnya tianxia adalah konsep pemerintahan tradisional, sudah berusia 3.000 tahun. Muncul ketika zaman dinasti Zhou, sebuah dinasti yang berdiri setelah menggulingkan dinasti Shang, yang waktu itu memerintah dengan kekerasan dan pertumpahan darah. Dinasti Zhou kemudian berkuasa selama 8 abad, terlama dalam sejarah politik China.
Zhou lah yang meletakkan dasar-dasar bagi “politik” dalam sejarah China. Menurut filsafat tianxia, tidak dikenal istilah negara gagal (failed states), yang ada adalah dunia yang gagal (failed word). Tidak mungkin ada negara yang berhasil dalam dunia yang gagal. (nm)