Politik, Perangkap Ruang Gema

BAGAIMANA mungkin mencerdaskan pemilih, kalau media sosial memupuk dan menumpuk bias konfirmasi, sebab fungsi dasarnya memang menghubungkan kelompok pengguna yang berpikiran sama berdasarkan preferensi konten bersama, kata seorang kawan pengamat media sosial. 

Ditambah kecendrungan pemilih yang suka menutup diri, hanya senang mendengar sesuatu yang sudah sepemikiran. Kalau tidak cocok dengan pemikirannya, walau pun benar akan ditolak, sehingga yang diterima hanya yang memperteguh pemikiran, itulah yang disebut ruang gema.

Ruang gema ini terutama berlaku pada media sosial. Ketika seseorang menemui pengalaman media yang bias, akan menghilangkan sudut pandang berlawanan dan suara berbeda. Seperti gema suara di ruang tertutup, suara memantul berulang-ulang. Pikiran yang berulang memperkuat pandangan, lalu mengental dan ekstrim, sulit diubah. 

Hoaks dan media yang tidak jelas keakuratannya, dianggap sebagai kebenaran, karena sesuai dengan suara yang bergema. Sebagaimana pendapat Paul Joseph Goebbels, Menteri Penerangan Publik dan Propaganda Nazi, yang mengatakan satu kalimat sangat terkenal, ‘kebohongan yang diulang-ulang, membuat publik percaya bahwa kebohongan tersebut menjadi kebenaran’.

Sistem yang berlaku di internet, ketika mencari sebuah berita, akan terus di-link ke berita sejenis, membuat terjebak di ruang gema dan tidak menyadari hal tersebut terjadi. 

Kondisinya semakin parah, karena saat ini memasuki era post truth, sebuah kondisi dimana fakta tidak terlalu berpengaruh dalam membentuk opini publik dibanding emosi dan keyakinan personal, sehingga hoaks semakin subur.

Maka untuk dapat mencerdaskan pemilih, cara strategis dengan menghujani media sosial informasi yang menyejukkan dan mencerdaskan. Tugas itu mesti dilakukan penyelenggara Pemilu dan Partai Politik. Syaratnya, pemilih mesti mau membuka diri, membaca berbagai informasi, walau hal tersebut berbeda selera dan pemikiran. 

Politik harus cerdas, jangan ‘ragap papan’, sehingga tidak terperangkap ruang gema – yang suaranya memantul, berulang mengabarkan kebohongan.[Junaidi]
Lebih baru Lebih lama