DALAM bulan ini, Ambin Demokrasi menyelenggarakan diskusi politik di kalangan generasi muda. Setidaknya ada tiga kelompok generasi muda yang diajak berdiskusi dan berkolaborasi, yaitu Duta Damai Kalimantan Selatan, BEM se Kalimantan Selatan dan Kampus STIT Darul Ulum Kotabaru. Mudah-mudahan setelahnya menyusul kelompok generasi muda lainnya.
Tujuan diskusi ini, untuk memperkuat pilar demokrasi dari unsur masyarakat sipil. Bahwa Ambin Demokrasi memerankan diri sebagai masyarakat sipil yang sadar, dan kemudian mengajak kelompok lainnya untuk juga sadar bahwa Pemilu 2024 momentum memajukan demokrasi.
Kelompok lainnya yang sangat strategis itu adalah generasi muda, karena pada Pemilu nanti, jumlahnya mencapai 60%. Dominan dan signifikan menentukan kualitas Pemilu.
Kalau kelompok ini paham dan mengerti arti penting Pemilu, maka pasti tidak bisa dimanfaatkan kelompok oligarki yang mengandalkan uang untuk memenangkan Pemilu. Juga pasti tidak bisa diseret pada wilayah politisasi SARA, terutama politik identitas yang dapat memecah belah warga masyarakat.
Dan bila kemudian tumbuh kesadaran berpartisipasi, maka mudah-mudahan juga berkenan mengawal proses Pemilu, terutama kerja penyelenggara, agar tidak mudah diintervensi berbagai kepentingan, termasuk kepentingan para aktor politisi busuk, yang mampu mengskenariokan penyelenggara agar berpihak kepadanya.
Tema yang diusung oleh Ambin Demokrasi pada generasi muda tersebut, berfokus pada soal literasi politik. Agar paham dan mengerti, bahwa Pemilu menentukan nasib bangsa lima tahun kedepan.
Pemilu bukan sekedar rutinitas lima tahunan, tapi momentum untuk mengevaluasi para politisi yang lima tahun sebelum telah diberi Amanah.
Kalau mereka tidak nampak hasil kerjanya, tidak perlu dipilih lagi. Sepanjang apapun gelarnya, seelok apapun balehonya, sesungguhnya dia tidak bermanfaat bagi warga masyarakat. Jangan ragu untuk mengganti debutan baru, calon yang lebih segar dan memiliki jejak rekam baik.[Junaidi]