Politik, “ADAT URANG MAIN, ADA KALAH ADA MANANG”

ADA yang beranggapan, hidup ini laksana permainan, dalam setiap babak, ada kalah, ada pula yang menang. 

Berbagai bidang kehidupan, ekonomi – sosial – budaya, termasuk politik, merupakan permainan. Jangan lengah sehingga mudah dikalahkan. Tidak pula ngotot selalu menang. 

Sudah menjadi hukum permainan, ada kalah dan ada pula yang menang. Jangan risau saat kalah, jangan jumawa dan sombong kalau menang. Semua bisa terjadi.

Sekalipun seorang juara, tidak setiap waktu menjadi pemenang. Sebaliknya, walau pecundang, tidak selalu dalam posisi kalah. Roda berputar, kadang di atas – menjadi pemenang. Kadang pula di bawah – kalah terpuruk. Bila mampu memahami itu, maka biasa saja - enjoy, sudah menjadi hukumnya. 

Ada kalanya mesti menang, ada waktunya mengalah. Agar ada keseimbangan, sehingga kehidupan terus berputar – berjalan. 

Yakinlah, orang hebat, sehebat apapun, tidak selamanya hebat. Orang kaya, sekaya apapun, tidak selamanya kaya. Nanti juga akan kalah, atau terpuruk digilas yang lain. 

Di atas langit, masih ada langit. Generasi akan terus berganti, sebagai bentuk pergiliran. Kekuasaan kami pergilirankan di antara kalian, begitu ajaran agama menjanjikan. Jangan bermimpi selalu menang, nanti malah kecewa.

Ada juga yang sadar, sesadar-sadarnya bahwa hidup yang penuh permainan ini adalah tipu daya belaka. Agar tidak tertipu, terpedaya, berusaha keluar dari permainan. Caranya dengan mengikhlaskan – pasrah, bahwa semua yang terjadi suatu ketentuan – sudah menjadi ketetapan – takdir, tinggal menjalaninya sebaik mungkin dan berdoa.
 
Namun banyak pula yang tidak sadar – hingga makan hati. Apa lagi dalam politik yang jelas permainan, kalah - menang silih berganti – saling menindas, memperdaya. Jangan mudah baper (bawa perasaan). 

Bahkan, tidak ada kawan kecuali kepentingan. Maka, kebudayaan mengingatkan, adat urang main ada kalah ada manang.[Junaidi]
Lebih baru Lebih lama