BAHKAN pada soal-soal yang tidak mungkin terjadi, atau mustahil terjadi, tetap harus waspada. Sebab, bisa saja hal tersebut terjadi. Dan ketika nyata terjadi, kagetnya minta ampun.
Seorang yang cermat, pada soal-soal kecil. Peka serta peduli memperhatikan perkara-perkara sederhana, akan telaten dan serius menangani hal-hal besar.
Sebaliknya, bila suka mengabaikan hal-hal kecil lagi sederhana, bisa saja tidak peduli pada soal-soal besar. Atau hal-hal yang semula kecil, karena diabaikan, ternyata menumpuk dan menjadi besar, pada saat itu sudah tidak tertangani dan menjadi masalah.
Kebudayaan Banjar unik sekali memberi nasehat dalam soal ini, “hati-hati kalu pina dipatuk kuduk”. Bisa dibayangkan, kodok yang tidak berbahaya saja disuruh untuk berhati-hati. Apalagi selain kodok yang lebih ganas dan berbahaya.
Bukankah manusia tidak jatuh karena tersandung batu besar, melainkan hanya oleh kerikil? Karenanya jangan sepelekan hal-hal kecil yang tidak dianggap, dia bisa menjatuhkan.
Pun cerita tentang monyet yang tidak jatuh oleh angin topan, karena saat menghadapi angin topan justru berpegang erat pada batang pohon tempat dia berhuni. Monyet terjatuh justru pada angin sepoy-sepoy, karena membuatnya lelap tertidur oleh kenyamanan hembusan angin sederhana.
Artinya, orang bisa saja tahan oleh serangan besar yang bertubi-tubi, tapi justru jatuh oleh pujian, sanjungan, pelayanan-pelayanan yang membuatnya terjerat dan lupa diri.
Tidak ada salahnya selalu waspada, bahkan oleh keramahan, tawaran jabatan, posisi, dan lain sebagainya yang nampak tidak membahayakan, padahal umpan untuk menjerat.
Berhati-hati untuk tidak lengah dan lupa diri. Sebab sedikit saja salah, dapat menjatuhkan. Jangan hanya fokus pada soal besar, kalau mampu peka pada sesuatu yang tidak mungkin atau tidak biasa terjadi, pasti akan lebih baik, “hati-hati kalu pina dipatuk kuduk”.[Junaidi]