Politik, “KAYA WALUT TARANDAM OLI”

DALAM politik, kabarnya ada jenis manusia yang sangat licin, tidak bisa dipegang. Bukan dalam pengertian fisik, tapi ucapan, perkataan, komitmen dan berbagai prinsif yang biasanya menjadi karakter. Ketika karakternya licin tidak bisa dipegang, disebut licin kaya walut. 

Walut atau belut, bentuknya sangat licin. Bisa dibayangkan bila walut direndam oli, pelumas yang memang khusus untuk pelicin. Pasti licinnya berlipat kali. Sangat licin hingga tidak bisa dipegang, melebihi walut biasa yang sudah sangat licin. 

Ilustrasi tentang walut yang licin lagi direndam oli, menyindir sifat yang licin tidak bisa dipegang. Yaitu sifat yang sulit dipercaya, karena antara yang diucapkan dengan dikatakan berbeda. Janji dan perbuatan tidak sama. Antara di depan dan di belakang berlainan. Bahkan, mungkin senyum dan tawanya juga tidak nyata, palsu, berbeda.  

Betapa menakutkan berkawan dan bergaul dengan karakter seperti itu. Sulit mengambil sikap. Kecuali mengikuti karakternya, yaitu berkawan tanpa ada komitmen. Silahkan mau berkhianat atau menikam, tidak masalah, balas membalas hal yang lumrah. Tidak ada kesetiaan, kecuali bila ada kepentingan.   

Kabarnya, justru yang memiliki sifat dan karakter seperti ini sukses dalam politik? Apalagi bila tega menghalalkan segala cara, sanggup melakukan berbagai hal tanpa ada perasaan iba.  

Walau sifat seperti ini pasti banyak yang tidak suka, namun banyak juga yang terpesona dan menjadi kawan barunya. 

Menjadi pertanyaan, apakah memang karakter seperti ini yang paling cocok dalam politik? Atau politik yang justru mencetak karakter seperti ini? 

Politik mestinya keteladanan, mempersyaratkan integritas, komitmen dan kejujuran. Kalau pun ada yang licin, harusnya tidak mungkin bertahan, pasti tersingkir. 

Namun, bila faktanya yang licik dan licin “kaya walut tarandam oli” bertahan dan eksis, berarti ada salah dalam sistem politik.[Junaidi]
Lebih baru Lebih lama