TALI sindat, digunakan sebagai tali celana. Celana katuk yang sekarang digunakan untuk sholat, dulunya digunakan untuk bekerja, di kebun atau sawah.
Tali sindat ditarik dan diikat. Hati-hati mengikatnya, kalau salah bisa ‘tapuntal’, sulit membukanya. Apalagi saat ingin cepat-cepat, justru dapat membuatnya semakin terikat kuat, itulah kondisi tapuntal tali sindat.
Ungkapan ini semacam tamsil, perumpamaan, kiasan yang unik. Tali sindat diikat oleh pemiliknya sendiri. Saat salah ikat, talinya tidak karuan, tapuntal.
Menggambarkan satu bentuk kesalahan yang dilakukan sediri. Berimplikasi pada proses lain yang juga terhambat. Sulit membukanya, dan ketika ingin cepat, maka satu masalah besar dapat terjadi.
Sederhana, hanya soal tali sindat yang tapuntal, konsekuensinya panjang, berisiko saat terjadi kegentingan yang memaksa.
Ilustrasi kecerobohan itu, bahasa sekarang disebut dengan blunder. Kesalahan yang tidak penting, dilakukan sendiri, akhirnya jadi masalah besar.
Istilah blunder umumnya diambil dari permainan bola, saat kiper atau pemain belakang melakukan gerakan atau tindakan yang tidak penting, kurang cermat, akhirnya berbuah gol pada gawangnya sendiri dan dimenangkan oleh tim lawan.
Artinya, pada hal-hal yang sederhana, harus tetap cermat, hati-hati, jangan sampai salah. Jangan pernah menganggap remeh hal sederhana. Kalau ingin sempurna, perfect, mulai dari memperhatikan soal sederhana, untuk disiapkan sebaik-baiknya.
Kalau yang sederhana, kecil, ringan, disiapkan dengan sempurna, maka hal besar, penting serta utama, tentu akan lebih sempurna lagi.
Politik pun demikian, jangan sepelekan hal sederhana. Usahakan perfect, teliti dan cermat, karena hal kecil bisa saja menjadi masalah besar. Betapa sering, hanya karena salah bicara, salah kutip, atau keliru mengambil sikap, berdampak besar dan memberi pengaruh pada politik elektabilitas.
Jangan sampai hanya karena soal kecil, seluruh persoalan jadi berantakan sebab tapuntal tali sindat.[Junaidi]