Tiga sasaran Pokok MPM Muhammadiyah Kalsel Dalam Rakerwilnya

BANJARMASIN - Rapat Kerja Wilayah Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Muhammadiyah Wilayah Kalimantan Selatan yang digelar Sabtu (18/11/2023) di Aula Kayuh Baimbai Pemko Banjarmasin, dengan tiga sasaran pokok, seperti Bidang Pertanian, Memberdayakan Ibu-ibu yang tidak mempunyai suami (Single Parent) dan Difabel.

Namun dari tiga sasaran itu, kata Ketua MPM Muhammadiyah Wilayah Kalsel Nasir Barjad, yang sudah jalan pembinaan untuk Difabel Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Banjarmasin.

“Kita sudah rutin setiap bulan mereka kita bina. Sebelumnya ada pelatihan keterampilan pijat dan sudah beberapa teori pijat yang mereka kuasai, kemudian lanjut dengan pembinaan keagamaan dengan pembelajaran tahsin dan pembinaan qari dan membina di Mesjid agar bisa ditampilkan di tiap mesjid Muhammadiyah dan tampil menjadi Muazin dalam Shalat Jum'at," ujar Nasir menjelaskan, usai pembukaan Rakerwil tersebut.

Sementara itu, Ma'ruf dari MPM PP Muhammadiyah yang ditugasi jadi Koordinator Wilayah Kalimantan menyatakan,  MPM PP sedang mentargetkan sampai akhir 2023 harus selesai Tata Organisasi melalui kegiatan tiap wilayah untuk melakukan Rakerwil dan mulai ada gerak MPM Wilayah dan Daerah untuk memulai langkah-langkah nyata, walaupun proses-proses pembedahan sudah harus berjalan, tapi secara organisatoris harus tertata dan terukur yang ditargetkan 2027 hasil-hasilnya sudah tercapai.

"Di Raker MPM PP Muhammadiyah, ketika melakukan Rakerwil seperti ini,  tetap sama menggunakan indikator kuantitatif dan mau mentargetkan berapa. Misal mau memntargetkan 100 Koperasi yang dari Kelompok Multi Usaha. Sepuluh ribu petani misalnya. 5 ribu Jemaah Nelayan. Itu contoh-contoh target yang harus dicapai," ujar Ma'ruf.

Untuk sukses kegiatan MPM, Ma’ruf mengingtakan, perlunya kolaborasi dan dirinya menegaskan MPM satu Unsur Muhammadiyah yang memiliki misi memberdayakan masyarakat multi pihak dan masyarakat yang inklusi.

"Kita tidak diskriminatif gender. Kita tidak membedakan Agama. Kita tidak membedakan Ras. Jadi siapapun dia yang memang tidak berdaya, itulah lahan dakwah MPM," tegas Ma'ruf.

Sedangkan bentuk kegiatan seperti Advokasi, Pemberdayaan riil sesuai permasalahan dan harus kolaborasi untuk proses pemberdayaan tersebut. Maka MPM harus bermitra dengan semua pihak.

MPM Muhammadiyah Wilayah Kalsel yang bermitra dengan LazisMu, juga disambut positif Ma’ruf dan dia menyebutkan, harus tetap aktif dengan Muhammadiyah di Organisasi yang lebih tinggi dan Pemda, termasuk Perguruan Tinggi, Sekolah-sekolah Vokasi dan CSR dari Korporasi.

Ditegaskannya, MPM selalu hadir untuk kelompok rentan miskin, seperti mendampingi para Pemulung, para Petani, Masyarakat Nelayan Tradisional, Komunitas di Pedalaman seperti di Papua, NTT, juga Kaltim. Merupakan berbagai contoh kehadiran MPM, termasuk UMKM, sektor pertanian. Kegiatannya terstruktur dengan orientasi berkelanjutan. Ciri keberhasilannya, suatu saat melepas mereka dengan kondisi yang sudah berdaya. 

Dikatakan, Masyarakat tersebut tidak mungkin terus menerus didampingi, tapi menuntaskannya sampai selesai, yang cirinya munculnya Keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Tapi tidak hadir hanya dengan bagi-bagi sembako, lalu pulang. Itu bukan MPM. MPM hadir melakukan asesment , melakukan proses membangun kebutuhan bersama dengan kelompoik dampingan, kolaborasi, lalu dampingi proses, yang memerlukan waktu.  

"Kami mendampingi difabel, misalnya, tidak cukup 5 tahun. Sudah 10 tahun. Apa itu kita tinggalkan? Jangan. karena masalah mereka berkembang. Selama itu belum tuntas, itu tanggung jawab kita," pungkas Ma’ruf mengingatkan.[Junaidi]
Lebih baru Lebih lama