MEMBEDAH FAKTOR PENENTU LABA PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH (JAMKRIDA) DI INDONESIA Oleh : Dr Suyanto CFP MM



Banjarmasin, derapjurnalis@gmail.com

MEMBEDAH FAKTOR PENENTU LABA PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH (JAMKRIDA) DI INDONESIA

Oleh : Dr Suyanto CFP MM


Peranan Perusahaan Penjaminan Daerah atau Jamkrida semakin dirasakan oleh UMKM di suatu daerah atau provinsi karena terbukti sebagai salah satu organ yang mampu sebagai motor penggerak pertumbuhan perekonomian daerah. Hal ini disebabkan Jamkrida lahir di daerah sehingga lebih mengenal karakteristik dan budaya lokal daerah tersebut. Selain berfungsi untuk menjamin UMKM bahkan sampai ke pelosok-pelosok desa di daerah, Jamkrida juga berperan sebagai penyelamat proyek-proyek baik APBD maupun APBN di daerah.  Hasil penelitian yang dipaparkan Dr. Suyanto, CFP dalam Kuliah Umum di Program Pasca Sarjana, Sabtu 14 September 2024  di STIE Indonesia Banjarmasin dalam risetnya terhadap 18 Jamkrida se-Indonesia, ada 5  Faktor Penentu Laba Perusahaan Penjaminan Daerah/ JAMKRIDA yaitu: 


1. Imbal Jasa Penjaminan (IJP).

Semakin besar Imbal Jasa Penjaminan maka kemungkinan Laba Jamkrida akan semakin meningkat. Apalagi jika diikuti dengan besarnya Rate yang sesuai. Walaupun tidak menutup kemungkinan semakin besar IJP yang diterima akan semakin besar potensi klaimnya.

2. Subrogasi.

Sebagaimana diberlakukan di perusahaan Penjaminan manapun bahwa Jamkrida hanya menalangi saja klaim akibat tunggakan Nasabah mitra usahanya. Semakin besar Perolehan Subrogasi yang didapat akan semakin besar Jamkrida memperoleh Laba. Pembayaran Subrogasi merupakan penyumbang Laba secara langsung karena pembayaranya dihitung secara Cash Basis.

3. Klaim.

Di Perusahaan Penjaminan ada aturan  bahwa Pembayaran Klaim dihitung secara Cash Basis dan pengakuan  pendapatan  IJP dihitung secara Acrual. Hal ini menyebabkan semakin kecil klaim maka akan semakin besar Laba yang di peroleh. 

4. Investasi.

Hasil perolehan Investasi sangat berdampak secara langsung untuk mensuport operasional Perusahaan Penjaminan. Sebagai Perusahaan Penanggung Resiko, perolehan hasil investasi sesuai Komposisi di POJK bisa berakibat langsung ke Laba Perusahaan. Semakin tinggi hasil investasi yang dikelola Jamkrida akan semakin besar kemungkinan Laba yang diperoleh. Apalagi jika pengelolaan Hasil Investasi Jamkrida lebih besar dari beban biaya Operasional tentu Jamkrida akan mampu lebih maksimal Jamkrida dalam melakukan bisnisnya yaitu lebih banyak menjamin UMKM dan melakukan Penjaminan terhadap Proyek Pemerintah.

5. BOPO (Biaya Operasional dibanding Pengeluaran Operasional).

Pengaturan dan Efisiensi Perusahaan Penjaminan Daerah dalam meminimalkan Pengeluaran Operasional juga sangat menentukan Laba yang di dapat. Kepiawaian Manajemen mengatur dan mengelola agar BOPO Perusahaan tetap terkendali adalah sebuah keniscayaan.

Dalam Kuliah Umum tersebut juga dipaparkan penelitian Dr. Suyanto, CFP bahwa ada 3 cara agar Jamkrida tetap bisa eksis dalam mengelola bisnis Penjaminan di Jamkrida yaitu:

Tambahan Penyertaan Modal dari Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kota.

Pengelolaan dan Manajemen Pembayaran Klaim yang berbasis pada Projection Rate artinya rate pada periode tertentu sebanding dengan besarnya resiko yang di tanggung.

Adanya Penyesuaian Rate secara periode waktu tertentu atau secara Floating .


Riset dilakukan secara Kuantitatif Deskriptif dengan analisis Structural Equation Model (SEM) menggunakan software Partial Least Square (PLS) dan dilakukan ke 18 Jamkrida se- Indonesia yang sudah berumur lebih dari 5 tahun. Model konstruk indkator antar variabel dapat dilihat pada gambar berikut:


Gambar Model Riset


Hasil Akhir Indikator Antar Variabel
(X1) IJP
(X1.1) Tarif Yang Tepat Sesuai Rasio Klaim (0,929)
(X1.3) Biaya Overhead (0,901)
(X2) SUBROGASI
(X2.2) Adanya Agunan (0,980)
(X2.3) Komisi Penagihan Subrogasi (0,982)
(X3) KLAIM
(X3.1) Manajemen Resiko Klaim (0,861)
(X3.3) Share Resiko ke Cogar (0,905)
(X4) INVESTASI 
(X4.1) Besarnya Modal (0,845)
(X4.2) Instrumen Komposisi Investasi (0,940)
(X5) BOPO
(X5.1) Efisensi Biaya Operasional (0,965)
(X5.2) Pendapatan Operasional (0,947)
LABA
(Y.1) Besarnya Pendapatan (0,886)
(Y.2) Besarnya Klaim (0,902)
(Y.5) Co Garranty (0,890)


Jurnal Penelitian Penjaminan Dr. Suyanto: Membedah Faktor Penentu Laba Perusahaan

Peranan Perusahaan Penjaminan Daerah atau Jamkrida semakin dirasakan oleh UMKM di suatu daerah/ provinsi karena terbukti sebagai salah satu organ yang mampu sebagai motor penggerak pertumbuhan perekonomian daerah. Hal ini karena Jamkrida lahir di daerah sehingga lebih mengenal karakteristik dan budaya lokal daerah tersebut. Selain berfungsi untuk menjamin UMKM bahkan sampai ke pelosok-pelosok desa di daerah, peran Jamkrida juga sebagai penyelamat proyek-proyek baik APBD maupun APBN di daerah. Menurut hasil statistik menyatakan bahwa Imbal Jasa Penjaminan (IJP), Subrogasi, Klaim, Investasi dan BOPO (Biaya Operasional dibanding Pengeluaran Operasional) mempengaruhi sebanyak 89,9 % dari Laba Perusahaan penjaminan di 18 Jamkrida seluruh Indonesia dan dapat disimpulkan pengaruhnya kuat menurut Hamid & Anwar, 2019:43 dalam ukuran R-Square nya.

KESIMPULAN
Secara keseluruhan, laba perusahaan penjaminan dipengaruhi secara signifikan oleh faktor-faktor seperti imbal jasa penjaminan, subrogasi, klaim, investasi, dan biaya operasional. Imbal jasa penjaminan menyediakan sumber pendapatan utama, sementara subrogasi membantu memulihkan kerugian dan meningkatkan profitabilitas. Klaim yang dapat mengurangi laba, sehingga pengelolaan klaim yang efisien sangat penting. Investasi memberikan potensi pendapatan tambahan yang dapat memperkuat laba, dan pengelolaan biaya operasional yang efektif, yang diukur melalui BOPO, memberikan kontribusi pada efisiensi dan profitabilitas. Dengan mengoptimalkan pengelolaan faktor-faktor ini, perusahaan penjaminan dapat memaksimalkan laba dan menjaga kesehatan keuangan

6. IMPLIKASI PENELITIAN
Ada 3 cara agar Jamkrida tetap bisa eksis dalam mengelola bisnis penjaminan di Jamkrida yaitu:
1. Tambahan Penyertaan Modal dari Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kota.
2. Pengelolaan dan Manajemen Pembayaran Klaim yang berbasis pada Projection Rate artinya Rate pada periode tertentu sebanding dengan besarnya resiko yang di tanggung.
3. Adanya Penyesuaian Rate secara periode waktu tertentu atau secara floating

REFRENSI
Ahuvia, AKV (2023). Manajemen dan Analisis Keuangan . New York: Wiley.
Hyman, MS (2021). Manajemen Risiko dan Asuransi . Boston: Mc
McCulloch, JH (2021). Teori dan Praktik Asuransi . Chicago: Universitas
Rejda, DE (2022). Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi . Boston: Pears
Arikunto. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Sagung Seto.
Djoko Purwanto, (2006), Komunikasi Bisnis, Jakarta: Erlangga, h.22-23
Ferdinand, 2006. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi iIlmu Manajemen. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 
Ghozali, Imam. (2007). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Badan Penerbit. Universitas Diponegoro, Semarang. 
Istijanto, 2005. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV. Alfabeta: Bandung.
Hair, JF, Jr., Hult, GTM, Ringle, CM, & Sarstedt, M. (2021). Sebuah primer pada sebagian kecil pemodelan persamaan struktural kuadrat (PLS-SEM). Sage Publications. Jurnal Penelitian Pariwisata, 6(2).
Hamid, Anwar. (2019). Structural Equation Modeling (SEM) Berbasis Varian. Jakarta: Indonesia Penulis Inkubator. PT.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Penjaminan.





Lebih baru Lebih lama